Tulisan ini dipublikasi di The Conversation Indonesia. Bisa dilihat di LINK INI.
Secara keseluruhan, tulisan ini mengulas penyebab utama dari tertipunya nasabah di investasi bodong. Tulisan ini juga mengangkat bagaimana solusi untuk mencegah investasi bodong tersebut.
Ide tulisannya muncul dari tiga argumen. Pertama, literasi keuangan bukan menjadi solusi untuk penipuan investasi. Di tulisan tersebut dibahas bagaimana orang dengan literasi keuangan tinggi malah jadi santapan utama penipuan investasi. Argumen kedua ialah argumen “Choice Architect” atau lebih dikenal sebagai “Nudge”. Argumen ini diperkenalkan oleh Daniel Kahneman dan Cass Sunstein. Nah, buat saya, keputusan berinvestasi itu bisa di”arsitek”. Caranya dengan pelabelan setiap produk investasi.
Buat saya pribadi, saya menyukai ide untuk pelabelan tingkat risiko setiap produk investasi. Jadi, sebelum nasabah membeli produk tersebut, sudah ada pelabelan tingkat risikonya. Misalnya ORI dilabelin RENDAH (dengan warna hijau), atau Reksadana campuran dilabelin sedang (mungkin dengan warna kuning) dsb. Bisa juga dengan mewajibkan perusahaan (entah itu bank, sekuritas, asuransi) untuk memperkenalkan risiko produk terlebih dahulu sebelum memberitahukan benefitnya.
Argumen terakhir yang menjadi landasan untuk tulisan tersebut ialah ternyata di Luar negeri, sudah banyak kebijakan publik untuk mencegah penipuan investasi ini. Apakah berhasil? bisa baca di tulisan tersebut.